Pagi nan Cerah
Achmad Fuaddudin : Atmosfir Keshalihan Dari Saudara Yang Shalih
Jalan da'wah mengantarkan kami bisa bertemu dan bersilaturrahim dengan banyak orang. Jalan inilah yang menjadikan kami memiliki saudara lebih banyak dari yang umumnya dimiliki oleh orang lain. Ikatan persaudaraan di jalan ini, yang dilandasi kesamaan visi dan misi, menjadikan kami menjadi lebih dekat dari persaudaraan karena nasab atau kesamaan organisasi umum sekalipun.
Di sinilah kami bisa berjumpa dan berinteraksi secara baik dengan orang-orang shalih, baik mereka yang berusia muda maupun yang sudah sepuh. Tak ada kebaikan yang lebih indah dari pertemuan kami dengan mereka. Orang-orang tua yang lebih lama mengecap kehidupan da'wah ini dibanding kami. Bahkan orang-orang muda usia yang semangatnya lebih benderang daripada kami. Di sini, kami bisa menemui mereka begitu dekat.
Pertemuan kami dengan mereka, ternyata membawa pengaruh ruhaniyah yang begitu hebat. Kami bisa merasakan suplay energi ruhiyah yang besar saat kami bertemu dan berinteraksi dengan mereka. Kami merasakan adanya suasana batin yang baru, yang mendorong dan memotivasi kami untuk lebih banyak melakukan amal-amal shalih. Perasaan itu, bahkan muncul tanpa mereka harus memberikan nasihat atau taushiyah untuk kami. Karena kami sudah bisa merasakan pengaruh aura keshalihan itu, sejak kami melihat, mendengar suara mereka. Sebagaimana Yunus bin Ubaid yang mengakui kenikmatan besar ketika melihat Al Hasan Al Bashri rahimahullah. Ia mengatakan "Seseorang bila melihat kepada Al Hasan Al Bashri, akan menerima manfaat dari dirinya, meski orang itu tidak melihat Al Hasan Al Bashri beramal dan tidak melihat ia mengeluarkan ucapan apapun." (Risalah Al Mustarsyidin, Abi Abdillah Al Haris Al Muhasibi, hal. 60).
Kami pun menjadi mengerti tentang tradisi dan kebiasaan sebagian para salafushalih yang menganjurkan agar kita tidak putus berinteraksi dan bertemu dengan orang-orang shalih. Inilah pengalaman dan pelajaran berharga yang kami petik di jalan ini. Di antara para salafushalih ada yang mengatakan, "Jika aku merasakan keresahan hati, maka aku segera pergi dan melihat wajah Muhammad bin Wasi' (Nuzhatul Fudhola, 1/526). Atau ungkapan Abdullah bin Mubarak, "Jika aku melihat wajah Fudhail bin Iyadh, aku biasanya menangis." Itulah atmosfir keshalihan saudara yang shalih.
Dari sinilah, kami menemukan pelajaran bahwa keshalihan seseorang itu memang memiliki aroma yang bisa dihirup oleh siapapun yang berada dan berinteraksi dengannya. Aroma keshalihan seseorang, akan bisa memberi energi dan suasana barudalam hati orang yang melihat maupun ada di sekitarnya. Mungkin ini pula rahasianya, kenapa Rasulullah SAW pernah mengatakan, bahwa seorang beriman itu ibarat pembawa minyak wangi di mana orang yang didekatnya boleh jadi terciprat oleh minyak wanginya, atau paling tidak bisa mencium aroma wanginya...
Kami merasakan, mereka orang-orang shalih itu memang memberikan aroma keshalihan kepada kami agar kami juga melakukan keshalihan-keshalihan yang lain. Mereka adalah orang-orang yang membantu kami melanjutkan perjalanan ini. Mereka yang menyuplai semangat dalam diri kami agar kami mampu menyelesaikan perjalanan ini. Mereka yang meringankan langkah kami saat kami harus menahan risiko keasingan di tengah realitas yang berbenturan dengan keimanan. Duduk bersama orang-orang shalih memang menambah energi kekuatan seseorang dalam beramal. Sebagaimana perkataaan Abu Musa Al-Asyari rahimahullah, "Sungguh duduk bersama Abdullah bin Mas'ud seperti yang pernah aku lakukan, lebih kuat kesannya dalam jiwaku daripada beramal satu tahun."
Atau, perkataan Imam Malik rahimahullah, "Setiap aku merasakan kesesatan dalam hati aku mendatangi Muhammad bin Al Mungkadir untuk melihatnya, lalu jiwaku menjadi halus dalam beberapa hari." (Risalatul Mustarsyidin, Al Muhasibi).
Syukur alhamdulillah, atas pertalian sahabat dengan orang-orang shalih.
Oleh M. Lili Nur Aulia, disadur dari buku Beginilah Jalan Da'wah Mengajarkan Kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar